Disebalik Tabir : Matahari dan Bulan...
Suatu hari bulan jatuh cinta pada matahari. Bulan sangat kagum akan Raja hari yang perkasa dan tak tertandingi. Matahari pun sama. Ia jatuh cinta pada kelembutan sang Rembulan. Matahari pun mengejar bulan, tapi hampir saja ia lupa bahwa keperkasaannya bisa melumat dan melelehkan tubuh Rembulan..
Lalu Bulan bersembunyi pada Bunda malam. Ia menangis di pangkuan sang Bunda agung. Ia mengintip dari celah istana Bunda malam. Sang Matahari sedang menantinya. Menunggu kehadiran dan juga cintanya.
“Bunda,” kata bulan terisak, “kenapa Bulan tak boleh mencintai Matahari?” Bunda Malam hanya terenyuh haru. Ia tediam bisu. Tangannya lembut membelai Bulan. Lalu ucapnya bijak, “Bulan, kita boleh mencintai siapa saja. Tak terkecuali kamu pada Matahari, Kamu pun boleh mencintainya. Tapi bulan harus ingat, bahwa Bulan dan Matahari tetap bbeza.”
“Kenapa Bunda?”
“Karena Matahari bukan sahaja sentiasa bersama denganmu . Bulan, ketahuilah, hidup akan menjadi lebih indah dengan cinta, dan akan lebih bermakna jika kamu sanggup memberi cintamu kepada semua, bukan hanya pada Matahari saja..”
“Tapi Bunda..”
“Bulan, kamu adalah cinta itu sendiri, semua orang mencintaimu.”
“Tapi Bunda, untuk apa semua cinta untukku kalau aku tak bisa miliki cinta itu sendiri?”
Bunda malam terdiam. Matanya berkaca-kaca. Hatinya juga merasakan luka di hati Bulan.
“Bunda menangis?”…Maafkan Bulan, Bunda. Bulan terlalu egois, ucap Bulan lirih dalam hati. Bunda malam menggeleng sambil tersenyum bijak. Senyuman yang tulus memancarkan kelembutan. Tangannya tetap membelai Bulan.
Bunda malam hanya bernyanyi hingga pagi dan Bulan tertidur di pangkuan Bunda malam.
Tiba-tiba Bulan terbangun. Nyanyian Bunda malam telah berhenti.
“Bulan, Matahari telah datang. Kamu boleh ucapkan salam, karena waktunya Matahari yang akan menebar kehidupan selanjutnya. Tapi selanjutnya Kita yang harus pergi sebab Matahari dan Raja siang akan menggantikan tugas kita.
Bulan mengangguk lemah. Kini ia bisa mengerti segalanya. Bunda malam juga punya cinta, Raja siang pun punya cinta. Tapi mereka tak pernah egois melepas tanggung jawabnya.
Bulan hanya bisa melihat wajah sang Bunda malam bersemu saat bertemu Raja siang di saat fajar.
Cinta yang abadi, kesetiaan yang tak tertandingi. Demi Bumi dan kehidupannya, mereka rela tak bersatu. Tapi mereka tak pernah menyesalinya, meski tak dapat mengingkari cintanya.
Lalu Bulan berlari pada tirai cakrawala. Dia melambai pada Matahari yang berlalu di hadapannya.
“Pergilah Kanda. Cinta kita abadi meski tak mungkin bersatu. Kehidupan harus tetap berjalan. Dan kehadiran kita akan saling melengkapi. Esok pagi kita pasti bertemu kembali….
*Persoalannya: Apakah yang anda perhatikan dari cerita diatas? Sbuah cinta atau sbuah lukisan kehidupan? Pada saya..melihat kepada lukisan kehidupan adalah lebih penuh ertinya..fakta menunjukkan Matahri dan Bulan Saling memerlukan sama seperti kita manusia saling melengkapi..Dan memahami setiap fitrah kejadian adalah satu poerkara yang penting agar kita mudah 'berlapang dada' dan terbuka dalam pelbagai perkara..
p/s: merasa cukup dengan apa yang kita ada adalh satu pelajaran untuk saya dan kita smua... jadikanlah cerita diatas.......penuh ERTI buat kehidupanmu..wsllam,,
Comments
cinta bukan memiliki tetapi memiliki itu adalah cinta...